Kamis, 21 Agustus 2008

narasi

Akar Kebusukan Pendikan
Pada dasarmya didalam suatu kehidupan,tak satupun dari kita dapat mengerti apa yang telah kita lalui dan perbuat,kita hanya tahu dan paham semua itu hanyalah sebuah ilusi sekelebat mata.
Pada dasarnya setiap manusia dapat berkembang melalui cara pikir kita dan daya tengkap yang telah dianugrahkan kepada kita sejak dilahirkan,karena peda kodratnya manusia telah dibekali akal pikiran,dan itu pun tergantung bagaai mana kita memanfaatkanya,mengolah atau memproses,lalu mengamalkanya,karena kita ketahui bersma bahwa semua itu tetah tertulis pada kitap kitap suci agama agama yang ada di dunia,dan perlu diketehui juga bahwa pendidikan,proses belajar dan perkembangan kedewasaan,pola pikiran,otak,juga sifat,tak bergantung seratus persen pada sistem pembelajaran di sekolah,apalagi dengan busuknya sistem pendidikan yang sekarang.khususnya pada sistem pendidikan yang ada pada negeri kita tercinta ini(INDONESIA) tentunya!
Banyak contoh yang dapat kita pelajari dari hancur dan rusaknya sistem pendidikan yang ada pada negeri kita ini,semisal; salah satu dari sebuah iklan rokok di negeri kita tercinta ini memaparkan “mau pintar kok mahal”,dari kalimat tersbut dapat di jelaskan bahwa orang yang pintar pintar adalah orang orang yang banyak uang dengan istilah lain orang kaya ,dan dapat dijelaskan pula bahwa orang yang tidak banyak uang tidak dapat menjadi pintar dan tidak boleh menjadi pintar,sungguh mengerikan!
Masih banyak contoh yang dapat lihat dan pelajari dari kebusukan kebusukan pendidikan dalam negeri kita tercinta ini,salah satunya pula tentang dimanakah dana bantuan dari pemerintah pusat(Yang Terhormat),dari kabar kabar yang telah menyebar dalam media masa,baik media cetak dan elekteronik dana bantuan tersebut barnilai lebih dari 10 milyar rupiah,mungkin telah mencapai setingkat triliyun,karena setiap tahun,angka angka nominal tertulis dan yang disebutkan dalam media informasi selalu naik ,akan tetapi pihak pihak terdidik,atau mungkin bisa juga dapat diartikan sebagai pihak kambing hitam yang hanya dipakai nama statusnya saja,agar selalu mendapat perhatian dan kepercayaan dari masyarakat,bahwa suatu hal yang mengenai pendidikan itu selalu memperoleh bentuan untuk memperlancar proses pembelajaran dalam pendidikan,itupun hanyalah sebuah sugesti bodoh tak bermoral,karena orang orang yang di anggap kambing hitam itu tidak pernah marasakan,mencicipi,mencium dan melihat hasil atau dana bantuan dari pemerintah pusat,tentunya(Yang Terhormat).
Semua itu hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak faktor yang membodohan masyarakat pada saat ini,dan pada dasarnya masyarakat masyarakat yang dapat berpikir rasional pun bertanya dalam hati,”apa keluarga para pemberi dana bantuan atau sumbangan itu juga akan menjadi bodoh?kan dana bantuan pendidikannya tidak mereka rasakan,cicipi,cium,dan mereka lihat?”,tentu saja tidak, karena keluarga para pemberi dana bantuan itu tidak sekolah dan belajar di negeri kita yang tercinta ini,dan dapat pula ditafsirkan di dalam primbon bahwa dana bantuan itu digunakan untuk mendidik anak anak mereka agar proses pendidikannya lancer nyaman dan tidak berpolusi manipulasi atau mungkin moneypulasi,dan itu tentu saja hal yang mengerikan itu tidak mereka rasakan,lihat,dan mereka jilati hingga kering,karena tentu saja proses pembelajaranya jauh dari hal hal seperti itu,karena lokasinya di tempat yang jauh,pastinya jauh dari negeri kita yang tercinta ini.
Pada dasarnya semua itu hanyalah mimpi yang benar benar buruk bagi kita yang merasakan betapa menderitanya para pemimpin kita tercita,terhormat dan tentunya,tergoblok ini,karena mereka yang melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab ataupun tidak,selalu dapat cacian makian ,bahkan tercaan,ada pula dengan tuduhan yang tentunya pula sangat mendasar ataupun tidak,dan dapat diketahui bahwa para pemimpin kita lebih kotor dari sampah,dan lebih hina dari anak haram dan lebih najiz dari air liur anjing jika itu menurut pendapat para Habib yang ahli membedakan benar,salah,haram,najis,kotor,dan suci yang berada di Indonesia,dan tentu saja itu hanya lah bukan sebuah pendapat.


Untuk mereka yang bersalah

Tidak ada komentar: